Jakarta, Dukung Organisasi Masyarakat Sipil di Masa Krisis: Uni Eropa dan Yayasan Penabulu Luncurkan Proyek CO-EVOLVE
Yayasan Penabulu dengan dukungan Uni Eropa meluncurkan proyek “Strengthening Indonesian CSOs Capacity and Resilience in Response to COVID-19 Pandemic (CO-EVOLVE)”.
Berbarengan Dengan Pemulihan Ekonomi Dan Lingkungan, Penabulu Menilai Dibutuhkan Sinergi Kolaborasi Semua Pihak
Proyek ini akan memberikan dukungan kepada 200 Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) lokal di 34 provinsi di Indonesia dan diharapkan akan memberikan manfaat bagi 500 organisasi masyarakat sipil lainnya di seluruh Indonesia melalui rangkaian pelatihan daring (online), webinar, forum komunikasi OMS, forum aliansi tematik dan platform crowdsourcing (penggalangan sumberdaya publik).
Proyek CO-EVOLVE akan mempromosikan kerja-kerja OMS lokal dalam membangun ketahanan organisasi terhadap dampak pandemi COVID-19 dan krisis lainnya, serta mendorong aksi kolektif OMS untuk pembangunan berkelanjutan.
Secara khusus, CO-EVOLVE akan memperkuat lingkungan pendukung dan kapasitas OMS dalam memobilisasi sumber daya domestik untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19, serta mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Peluncuran proyek CO-EVOLVE hari ini juga memperkenalkan platform crowdsourcing Lokadaya.
Hadir dalam acara tersebut Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam H.E. Vincent Piket, serta perwakilan pemerintah, Prof Muchlis Hamdi, MPA, Ph.D – Penasihat Khusus Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan, Drs. Wariki Sutikno, MCP – Direktur Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/BAPPENAS, dan Dra. Jaleswari Pramodhawardhani, M.Hum. – Deputi V Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan dan Hak Asasi Manusia, Kantor Staf Kepresidenan.
“Ide dasar dari program ini adalah mengajak OMS tumbuh bersama serta memperjuangkan posisi dan peran OMS di Indonesia di masa pandemi. Program ini juga mengajak organisasi masyarakat sipil saling terhubung dan menjadi salah satu aktor pendorong untuk mencari solusi dari permasalahan masyarakat di wilayahnya masing-masing”, kata Eko Komara, Direktur Yayasan Penabulu, Rabu, (24/3).
Dalam sambutannya, Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket mengatakan“Uni Eropa bangga mendukung proyek ini. Pandemi membawa dampak yang sangat berat bagi masyarakat, oleh karena itu kami perlu membangun kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk mendukung penerima manfaat, melindungi komunitas yang rentan, dan mengadvokasi kebijakan untuk mengurangi dampak COVID-19.
Kami berharap inisiatif ini dapat memberikan manfaat langsung bagi 200 OMS Indonesia di 34 provinsi di Indonesia, melayani banyak warga dan komunitas”.
Peluncuran proyek CO-EVOLVE dilanjutkan dengan diskusi platform Lokadaya bertema “Crowdfunding dan Keadilan Sosial, Sumber Daya Lokal sebagai Strategi Keberlanjutan Layanan OMS”.
Diskusi ini memfasilitasi pertukaran informasi dan pembelajaran terkait upaya penggalangan sumber daya lokal, terutama melalui platform digital.
Diskusi tersebut juga bertujuan untuk menjajaki potensi kolaborasi antara masyarakat sipil, termasuk media massa/ pers serta pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung upaya keberlanjutan layanan OMS.
Pemrakarsa diskusi ini adalah Anton Septian – Redaktur Eksekutif Majalah Tempo, PT. Tempo Inti Media, Soraya Oktaviani – Koordinator Pengembangan Sumber Daya, Yayasan Kemanusiaan Indonesia, dan Muhammad Alfatih Timur – Co-Funder & CEO Kitabisa.com.
Turut hadir dalam acara ini adalah 57 mitra OMS dari seluruh Indonesia yang telah menyatakan kesediaannya untuk menjadi bagian dari jejaring Lokadaya nasional di tingkat provinsi, perwakilan pemerintah, organisasi filantropi, sektor swasta, donor, serta media.
CO-EVOVE yang menekankan lokalitas layanan dan keterhubungan akan memfasilitasi kolaborasi strategis antara OMS, Pemerintah Pusat dan Daerah, Organisasi Filantropi, Penyedia Layanan Sosial Digital dan Sektor Swasta.
CO-EVOLVE telah memulai kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Sekretariat SDGs, serta Deputi V Kantor Staf Presiden terkait skema sumber daya domestik untuk OMS.
CO-EVOLVE juga mengupayakan kerjasama dengan mitra Uni Eropa lainnya yang terlibat dalam penanggulangan COVID-19 di Indonesia. CO-EVOLVE telah menyusun 4 konsep pengembangan proyek, yaitu: (1) CSOs Community of Practice (CoP); (2) Budaya Hijau (Green Culture); (3) Lokadaya; (4) Bak Pasir Laboratorium (Sandbox Labs) sebagai ruang inkubasi dan inovasi.
Community of Practice (CoP) memiliki 2 (dua) arah dalam pengembangan kegiatan, yaitu:
(1) Rangkaian peningkatan kapasitas pada aspek pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan transformasi digital untuk jejaring Lokadaya guna mempersiapkan jejaring ini agar mampu melakukan webinar dan pelatihan online untuk jejaring di wilayah kerjanya, serta mentransformasikan cara kerja dan pendekatan OMS,
(2) Pengembangan Learning Management System (LMS) yang akan mengakomodasi proses pembelajaran, diskusi, dan bertumbuh bersama para penggiat OMS yang tergabung dalam jejaring Lokadaya.
Budaya Hijau (Green Culture) diharapkan dapat terwujud melalui video dan rangkaian audio podcast yang bertujuan untuk mengkomunikasikan narasi dan kampanye untuk perubahan dengan tema turunan EU Green Deal (Green Farm, Green Energy, Green Transportation, Green Industry, Green Infrastructure, Green Finance, dan Green Governance).
Media ini nantinya akan menjadi ruang yang potensial untuk pendanaan donor global, dan diharapkan akan berkembang menjadi forum komunikasi dan aliansi advokasi.
Lokadaya adalah platform penggalangan sumber daya (crowdsourcing platform) bagi OMS Indonesia dalam upaya menggalang sumber daya domestik. Ada 3 (tiga) fitur utama Lokadaya, yaitu: Galang Daya, Profil Mitra, dan Cerita Perubahan.
Bak Pasir Laboratorium (Sandbox Labs) merupakan ruang permodelan, ruang uji terbatas yang aman, dan ruang inkubasi untuk pengembangan inisiatif layanan lokal berbasis pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan data besar (big data).
Bak Pasir diharapkan mampu menghasilkan solusi start up yang memaksimalkan jejaring Lokadaya di seluruh Indonesia, serta solusi lokal yang dapat direplikasi dan diaplikasikan secara luas dalam skala nasional.
Tentang bantuan Uni Eropa untuk mengatasi wabah virus corona di Indonesia
Untuk mendukung negara-negara mitra dalam perang melawan pandemi COVID-19 dan dampaknya, Uni Eropa telah meluncurkan pendekatan “Tim Eropa”.
Tujuan dari pendekatan “Tim Eropa” adalah untuk menggabungkan sumber daya dari Uni Eropa, Negara-Negara Anggotanya dan lembaga keuangan Eropa.
Tim Eropa telah mengerahkan €38,5 miliar untuk memerangi COVID-19 secara global. Dari jumlah ini, Tim Eropa telah mengerahkan sekitar €200 juta (Rp 3.5 triliun) dalam bentuk hibah dan pinjaman untuk mendukung Indonesia.
Hibah €6 juta (Rp 108,5 miliar) didedikasikan untuk mendukung organisasi masyarakat sipil dalam menanggulangi dampak kesehatan dan sosial ekonomi dari krisis COVID-19 di Indonesia.
Tim Eropa juga memberikan kontribusi €2,2 miliar (Rp 38.2 triliun) untuk fasilitas COVAX yang bertujuan untuk mengirimkan 1,3 miliar dosis vaksin untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah pada akhir tahun 2021. Indonesia adalah salah satu negara penerima bantuan.#osk