200 Organisasi Masyarakat Sipil Bakal Dibantu Uni Eropa dan Yayasan Penabulu
/in Dokumentasi CSRO/by Penabulu200 Organisasi Masyarakat Sipil Bakal Dibantu Uni Eropa dan Yayasan Penabulu
/in Dokumentasi CSRO/by Penabulu200 Organisasi Masyarakat Sipil Bakal Dibantu Uni Eropa dan Yayasan Penabulu
/in Dokumentasi CSRO/by PenabuluProyek Co Evolve Dukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
/in Dokumentasi CSRO/by PenabuluYAYASAN Penabulu dengan dukungan Uni Eropa meluncurkan proyek “Strengthening Indonesian CSOs Capacity and Resilience in Response to COVID-19 Pandemic (CO-EVOLVE). Proyek ini akan memberikan dukungan kepada 200 Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) lokal di 34 provinsi di Indonesia dan diharapkan akan memberikan manfaat bagi 500 organisasi masyarakat sipil lainnya di seluruh Indonesia melalui rangkaian pelatihan daring (online), webinar, forum komunikasi OMS, forum aliansi tematik dan platform crowdsourcing (penggalangan sumberdaya publik).
Proyek CO-EVOLVE akan mempromosikan kerja-kerja OMS lokal dalam membangun ketahanan organisasi terhadap dampak pandemi Covid-19 dan krisis lainnya, serta mendorong aksi kolektif OMS untuk pembangunan berkelanjutan. Secara khusus, CO-EVOLVE akan memperkuat lingkungan pendukung dan kapasitas OMS dalam memobilisasi sumber daya domestik untuk mengatasi dampak pandemi covid-19 , serta mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Peluncuran proyek CO-EVOLVE hari ini, Kamis (25/3) juga memperkenalkan platform crowdsourcing Lokadaya. Hadir dalam acara tersebut Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam H.E. Vincent Piket, serta perwakilan pemerintah, Prof Muchlis Hamdi, MPA, Ph.D – Penasihat Khusus Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan, Wariki Sutikno – Direktur Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/BAPPENAS, dan Jaleswari Pramodhawardhani, – Deputi V Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan dan Hak Asasi Manusia, Kantor Staf Kepresidenan.
“Ide dasar dari program ini adalah mengajak OMS tumbuh bersama serta memperjuangkan posisi dan peran OMS di Indonesia di masa pandemi. Program ini juga mengajak organisasi masyarakat sipil saling terhubung dan menjadi salah satu aktor pendorong untuk mencari solusi dari permasalahan masyarakat di wilayahnya masing-masing,” kata Eko Komara, Direktur Yayasan Penabulu dalam keterangan tertulis, Kamis (25/3).
Dalam sambutannya, Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket mengatakan Uni Eropa bangga mendukung proyek ini.
“Pandemi membawa dampak yang sangat berat bagi masyarakat, oleh karena itu kami perlu membangun kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk mendukung penerima manfaat, melindungi komunitas yang rentan, dan mengadvokasi kebijakan untuk mengurangi dampak Covid-19. Kami berharap inisiatif ini dapat memberikan manfaat langsung bagi 200 OMS Indonesia di 34 provinsi di Indonesia, melayani banyak warga dan komunitas,” ujar Piket.
Peluncuran proyek CO-EVOLVE dilanjutkan dengan diskusi platform Lokadaya bertema Crowdfunding dan Keadilan Sosial, Sumber Daya Lokal sebagai Strategi Keberlanjutan Layanan OMS.
Diskusi ini memfasilitasi pertukaran informasi dan pembelajaran terkait upaya penggalangan sumber daya lokal, terutama melalui platform digital. Tujuannya untuk menjajaki potensi kolaborasi antara masyarakat sipil, termasuk media massa/ pers serta pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung upaya keberlanjutan layanan OMS. Pemrakarsa diskusi ini adalah Anton Septian – Redaktur Eksekutif Majalah Tempo, Soraya Oktaviani – Koordinator Pengembangan Sumber Daya, Yayasan Kemanusiaan Indonesia, dan Muhammad Alfatih Timur – Co-Funder & CEO Kitabisa.com.
Turut hadir dalam acara ini adalah 57 mitra OMS dari seluruh Indonesia yang telah menyatakan kesediaannya untuk menjadi bagian dari jejaring Lokadaya nasional di tingkat provinsi, perwakilan pemerintah, organisasi filantropi, sektor swasta, donor, serta media.
CO-EVOVE menekankan lokalitas layanan dan keterhubungan akan memfasilitasi kolaborasi strategis antara OMS, Pemerintah Pusat dan Daerah, organisasi filantropi, penyedia layanan sosial digital dan swasta. CO-EVOLVE telah menyusun 4 konsep pengembangan proyek, yaitu: (1) CSOs Community of Practice (CoP); (2) Budaya Hijau (Green Culture); (3) Lokadaya; (4) Bak Pasir Laboratorium (Sandbox Labs) sebagai ruang inkubasi dan inovasi. (OL-3)
KSP Dukung Penguatan LSM untuk Rawat Demokrasi
/in Dokumentasi CSRO/by PenabuluJakarta – Kantor Staf Presiden mendukung penguatan dan keberlanjutan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk merawat demokrasi dan peningkatan sumber daya manusia.
Deputi V KSP Jaleswari Pramodhawardani dalam sambutannya pada peluncuran Program Penguatan Kapasitas dan Ketahanan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 (CO-EVOLVE) di Jakarta, Rabu, menegaskan sikap dan keyakinan pemerintah bahwa peningkatan kualitas demokrasi mensyaratkan adanya organisasi masyarakat sipil yang kuat, kredibel, kritis, dan berdaya.
“Demi perwujudan demokrasi yang berkualitas seperti ini diperlukan kerja kolektif yang membutuhkan sumbang saran, kerja sama, kepatuhan, dan tenggang rasa seluruh elemen bangsa, terutama kontribusi dan pemikiran kritis dari organisasi masyarakat sipil,” kata Jaleswari sebagaimana siaran pers di Jakarta, Rabu.
Program CO-EVOLVE ini dijalankan oleh Yayasan Penabulu dengan dukungan dari Uni Eropa yang menargetkan 200 organisasi masyarakat sipil di tingkat lokal dari 34 provinsi sebagai penerima manfaat.
KSP menganggap program CO-EVOLVE ini sejalan dengan komitmen Presiden untuk merawat demokrasi dan peningkatan SDM di Indonesia.
Ia menyebutkan sejumlah kebijakan dalam memperkuat keberlangsungan organisasi masyarakat sipil telah dilakukan, di nya yang terkait dengan pembinaan, akses pendanaan, dan audiensi serta kerja sama pemerintah dan organisasi kemasyarakatan serta organisasi masyarakat sipil dalam berbagai kegiatan.
Keberadaan organisasi masyarakat sipil, baik yang bergerak di bidang sosial, ekonomi, politik, hukum, maupun HAM, menurut dia, merupakan hal esensial dalam pembangunan yang memberikan kemanfaatan baik kepada masyarakat maupun pemerintah, serta mendukung pembangunan dan pemberdayaan masyarakat demi terwujudnya pembangunan nasional.
Program CO-EVOLVE merupakan inisiatif dan inovasi organisasi masyarakat sipil untuk bisa tetap bertahan di tengah kesulitan dan keterbatasan sumber daya dan sumber dana akibat Pandemi COVID-19.
Terkait dengan hal ini KSP juga telah menerima laporan dan hasil riset serta survei dari beberapa organisasi tentang dampak pandemi COVID-19 bagi LSM di tingkat nasional maupun lokal.
Salah satu temuan dari aneka riset tersebut adalah bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak sekali LSM terpaksa tutup atau hanya bisa bertahan beroperasi untuk beberapa bulan ke depan.
“Ini tentu merupakan situasi yang perlu kita perhatikan secara saksama, termasuk oleh Pemerintah. Karena bagaimanapun pemerintah sangat membutuhkan kontribusi dan suara kritis dari organisasi masyarakat sipil untuk ketepatan proses dan sasaran pembangunan,” katanya menjelaskan.
Di bagian yang lain, Jaleswari menyampaikan apresiasi yang besar kepada organisasi masyarakat sipil.
Menurut Jaleswari, inisiatif-inisiatif LSM luar biasa untuk saling berkolaborasi dan bergotong-royong mengatasi dampak pandemi COVID-19 dengan anega ragam inovasi dan inisiatif, termasuk menggalang, menghimpun, dan menyalurkan aneka bantuan, baik itu APD, obat-obatan, vitamin, maupun bahan pangan, sejak saat pandemi diumumkan oleh Presiden pada tahun lalu hingga saat ini.
Dalam penutupan sambutannya, Jaleswari menyampaikan apresiasi yang besar kepada Yayasan Penabulu dan Uni Eropa yang sedang bekerja sama dalam program CO-EVOLVE ini.
“Semoga apa yang menjadi tujuan dari Program CO-EVOLVE yang sejalan dengan program pemerintah ini bisa dicapai sebagaimana direncanakan,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, manfaat dan dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat. Lebih dari itu, memberi kontribusi signifikan bagi penguatan dan keberlanjutan organisasi masyarakat sipil di Indonesia.
Sumber : https://www.antaranews.com/berita/2061226/ksp-dukung-penguatan-lsm-untuk-rawat-demokrasi
Penabulu Foundation
Yayasan Penabulu didirikan pada tahun 2003 sebagai organisasi nirlaba independen, yang dibangun berbasis inisiatif dan sumber daya lokal, didedikasikan untuk visi masyarakat sipil yang berdaya yang menjamin penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia dan prinsip-prinsip kemanusiaan, ketahanan demokrasi, dan perluasan ruang sipil; untuk memerangi ketidakadilan dan kemiskinan struktural di Indonesia. Penabulu berperan sebagai Civil Society Resource Organization (CSRO) melalui mobilisasi sumber daya dalam bentuk apapun, pengelolaan dan penyaluran sumber daya, penguatan kapasitas dan ekosistem yang memungkinkan kerja masyarakat sipil Indonesia dalam agenda keadilan iklim, keadilan gender, ekonomi kemasyarakatan, cakupan layanan kesehatan semesta dan aksi kemanusiaan.
Sejak akhir November 2023, Penabulu sebagai organisasi independen yang berakar lokal telah mendapatkan status Prospective Affiliate dari Oxfam International dengan masa transisi dua tahun setelahnya, sebelum sepenuhnya menjadi perwakilan Indonesia dalam konfederasi sebagai Penabulu Oxfam (Oxfam Indonesia). Menjadi bagian dari jejaring Oxfam global akan memberikan kesempatan lebih dan meneguhkan peran Penabulu sebagai organisasi lokal simpul keberdayaan masyarakat sipil Indonesia yang terkoneksi dengan gerakan global dalam memerangi kemiskinan dan ketidakadilan dalam keyakinan akan masa depan yang setara.
Alamat
Kantor Pusat
Komplek Palapa, Jalan Palapa 2 No.4 , RT.11/RW.5,
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan 12520
t & f: (021) 22708103
e: info@penabulu.id
Kantor Bersama Oxfam di Indonesia
Jl. Marga Satwa Raya I Blok Gotong Royong 2 No.26A, RT.5/RW.1, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
t & f: (021) 7811827
Kantor Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI
Jl. H. Saidi III No.15, RT.10/RW.2, Cipete Selatan, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan 12410
t & f: (021) 7656888
e: secretariat@penabulu-stpi.id
Kantor Cabang 1
Jalan Bunga Cempaka no.62A, Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, 16340
t & f: (021) 7664964