Oxfam Australia

78441

AUD 133,239

Periode program: 1 Juli 2025 – 31 Januari 2026

Uraian

Proyek tersebut di Indonesia kita beri nama Improvement Community Anticipatory Action (I CAN ACT) towards Flood fase 3 merupakan lanjutan dari inisiatif multi-tahun yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan masyarakat terhadap risiko bencana banjir melalui pendekatan aksi antisipatif. Proyek ini didesain sebagai fase terakhir yang mendorong keberlanjutan melalui alih kelola sistem Anticipatory Action (AA) kepada komunitas secara mandiri dan berdaya. Dengan dukungan pendanaan dari Oxfam Australia melalui skema ANCP, proyek ini dilaksanakan oleh Yayasan KONSEPSI dan dikelola oleh Yayasan Penabulu selama periode 1 Juli 2025 hingga 31 Januari 2026.

Melalui pendekatan yang menekankan kemandirian komunitas, proyek ini bertujuan untuk memampukan masyarakat dalam mengenali risiko, memanfaatkan informasi prakiraan cuaca, dan mengaktifkan sistem peringatan dini sebelum bencana terjadi. Proyek ini tidak hanya memperkuat kapasitas komunitas, tetapi juga mendorong integrasi aksi dini dalam tata kelola desa. Kegiatan utama mencakup pelatihan manajemen bencana, penyusunan protokol respons dini, penguatan tim siaga bencana desa (TSBD), serta diskusi lintas sektor untuk menyelaraskan AA dengan program pembangunan yang sudah ada.

Sasaran proyek mencakup 4 desa rawan banjir di wilayah Lombok Timur dan Lombok Barat, yaitu Obel-Obel, Belanting, Dasan Geria dan Taman Ayu. Wilayah ini dipilih berdasarkan tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, curah hujan ekstrem, dan buruknya sistem drainase dan khusus di desa Taman Ayu, ancaman banjir yang disebabkan oleh  banjir Rob. Sebanyak 660 orang menjadi target penerima manfaat langsung, dengan fokus khusus pada kelompok rentan seperti perempuan, lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas.

Dalam pelaksanaannya, proyek akan mengandalkan pendekatan partisipatif dengan melibatkan pemangku kepentingan lokal termasuk pemerintah desa, BPBD, BMKG, serta organisasi masyarakat sipil. Anticipatory Action dirancang sebagai sistem tanggap berbasis indikator prakiraan cuaca dan pengetahuan lokal yang dapat diaktifkan dalam waktu 3–5 hari sebelum potensi banjir terjadi. Sistem ini memungkinkan komunitas untuk memantau kondisi lokal dan mengatur respons sesuai protokol yang telah disusun dan diuji pada fase sebelumnya.

Aspek keberlanjutan menjadi fokus utama di fase ini. Proyek tidak menyediakan bantuan tunai (Cash Transfer Program/CTP) karena berada di luar musim hujan puncak. Namun, pelajaran dari penerapan CTP dua tahap pada fase sebelumnya akan digunakan untuk memperkuat pemahaman dan kepemilikan komunitas terhadap mekanisme Anticipatory Action. Desa akan tetap didorong menjaga praktik baik, memperkuat sistem peringatan dini lokal, dan membangun sumber daya untuk mempertahankan aksi dini setelah proyek berakhir.

Proyek ini juga menekankan inklusi sosial dengan melibatkan kelompok disabilitas dan organisasinya dalam seluruh tahapan proyek. Partisipasi mereka difasilitasi melalui pemetaan partisipatif dan diskusi kelompok terfokus untuk memastikan pengalaman hidup mereka menjadi bagian dari strategi kesiapsiagaan. Diseminasi antar komunitas juga akan digelar untuk memperluas dampak.

Evaluasi efektivitas proyek akan dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan menggunakan penilai eksternal. Hasilnya akan membentuk model ketangguhan komunitas yang dapat direplikasi. Fase ini sekaligus menjadi proses transisi kepemimpinan proyek dari Oxfam Indonesia ke Yayasan Penabulu.

Pendukung Program

Program ini didukung oleh Oxfam Australia, periode program 1 Juli 2025 – 31 Januari 2026, dengan total dukungan dana sebesar AUD 133,239