Dunia internet ibarat manusia dengan lanskapnya di mana terdapat jalan, rumah, halaman, dan sebagainya, yang perlu dirawat. Begitu juga dengan website. Sebagai organisasi yang hidup di era modern, sudah semestinya mengenal rumahnya di ruang digital, yakni website. Berdasarkan riset yang diperoleh Sugeng Wibowo, ICT4NGO, sebagian OMS sudah mempunyai website, tapi belum dioptimalkan, dan sebagian lagi belum memiliki meski ada media sosial. Padahal, organisasi bisa mendapatkan pendanaan atau kerja sama dari pihak luar melalui website dan e-mail OMSi. Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi branding organisasi nonprofit.
Berlatar belakang itulah, Impact+ bekerja sama dengan ICT4NGO dan Lokadaya menggelar Online Presence for NGO Workshop, Kamis, 4 Agustus 2022.
Sugeng Wibowo, pembicara, mengatakan bahwa organisasi perlu langkah-langkah transformasi digital. Dia mengelompokkan dengan 3 langkah, yaitu:
- Visibility, OMS harus eksis di dunia digital dan memiliki identitas digital yang bisa dijangkau publik melalui website serta media sosial. Website, media sosial, dan e-mail juga memberikan kemudahan bagi calon pendonor atau pihak lain untuk mengirimkan proposal, bahkan berinteraksi terlebih dahulu dengan organisasi.
- Credibility, website bukan dipercantik hanya dengan layout desain yang menarik, tapi juga perlu menampilkan profil, laporan audit, portfolio, dan lainnya, jika perlu ditambah dengan fitur bilingual, yang semuanya akan menyimpulkan kredibilitas organisasi. Website akan makin disenangi untuk berselancar bila tidak lambat alias cepat speed-nya dan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi mereka.
- Agility, OMS harus lincah! Respon cepat dan berjejaring. Yup, sekarang waktunya OMS bergerak dan melenyapkan “nanti, ntar, besok, …” dari kamus keberlanjutan. Dari posisi jabatan paling atas sampai ke bawah, dapat merepresentasikan organisasi dan kegiatan melalui media sosial personal. Direktur atau pendiri pun punya hak untuk mendapatkan akses domain dan hosting—sering terjadi, mereka tidak mendapatkannya karena merasa atau berpikir tidak penting. Pastinya, harus ada yang memahami Google analytic yang berperan besar untuk mengambil keputusan, misal artikel dengan view terbanyak, lokasi pengunjung, dan lain-lain.
Ketiga langkah di atas bukan semata-mata sekadar teori, tapi juga berdasarkan pengalaman Sugeng dalam mengembangkan website Yayasan Penabulu. Organisasi pun perlu mengetahui mengenai 4 kesalahan yang kerap terjadi dalam tata kelola website.
Begitulah sekilas kegiatan workshop. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peserta saat workshop berjalan. Wah, kami dapat banyak pertanyaan dari ruang chat dan fitur raise hand.
Buat mitra yang belum memiliki website, anda akan dapat pendampingan dari kami. Jangan buang kesempatan ini, ya.
Dan buat mitra yang hadir dalam workshop ini, yuk isi angket evaluasi untuk peningkatan kualiatas kegiatan impact+ di masa yang akan datang.
Isi angket evaluasi di sini: https://forms.gle/zkWjHDC8z26Lgb5M6
Sumber: https://impact-plus.id/service/branding-oms-melalui-website/