DK-Visibilitas-Digital-Tulisan-Sesi-2-03Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A. (1943-2005), budayawan, sastrawan, dan sejarawan Indonesia, mengatakan, “Syarat untuk menulis ada tiga, yaitu menulis, menulis, dan menulis.”

Apa iya untuk bisa menulis, kita hanya menulis, menulis, dan menulis?

Bagi orang yang bukan berprofesi penulis, memang tidak mudah menulis bila belum terbiasa. Isi kepala sudah penuh, tapi satu kalimat pun belum tertuang. Hambatan tersebut merupakan satu diantara beberapa kendala yang dilontarkan peserta pada pelatihan #1 sesi kedua “Peningkatan Visibilitas Digital Organisasi melalui Produk Tulisan”, Senin, 5 September 2022.

Sulit menuangkan apa yang ada dalam kepala memang perlu dipecahkan. Terlebih terkait mood yang dapat berdampak tertundanya pekerjaan, hanya karena tulisan belum selesai, gara-gara sedang bad mood. Menurut Danardono Siradjudin, narasumber pelatihan, itu semua kembali kepada kita; bagaimana kita mengolah perasaan dan mengubah kebiasaan.

“Yang belum terbiasa, tapi ingin menulis, harus memulainya sekarang juga. Tulis dan tidak perlu memikirkan apa pun, misalkan tata bahasa. Setelah kita sudah terbiasa melakukan itu, baru kita melangkah pada tahap selanjutnya, seperti belajar struktur bahasa sambil banyak membaca tulisan berkualitas,” ujarnya.

Komunitas atau support system pun penting buat kita yang menulis. Kita akan menemukan jaringan baru, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, dan saling memberikan dukungan.

Pada sesi kedua ini, Danar memaparkan “catatan umum” dari hasil tulisan peserta pelatihan yang telah terkumpul.

Selanjutnya yang menarik disampaikan Danar, yakni mengenai laporan program yang dapat diubah menjadi bentuk penulisan apa saja, misalkan tulisan feature. Saat menulis, kita bisa membuat profiling lembaga.

Straight news yang dibahas pada sesi pertama pelatihan,  Selasa, 30 Agustus 2022 lalu, diangkat kembali oleh Danar. Bentuk tulisan jurnalistik tersebut digunakan oleh jurnalis. Pertanyaannya, apakah kita bisa melakukan hal sama?

Baca juga: Tingkatkan Visibilitas Digital Bentuk Tulisan Bagi Organisasi Masyarakat Sipil

Sekitar tahun 2019, salah satu media besar melahirkan platform yang menjaring banyak orang dari lintas profesi dan usia. Tulisan berbagai genre, terutama straight news dan feature, dari platform tersebut pada kemudian hari disebut Citizen Journalism. Banyaknya tulisan para citizen journalism dan konten-konten yang merugikan bagi pembaca, melahirkan UU ITE dan Kode Etik Kita pun wajib tahu soal ini.

Jika kita bertanya kembali mengenai tips atau panduan menulis, jawabannya akan mudah ditemukan dengan kita mulai ‘meruntuhkan’ rintangan-rintangan yang dihadapi. Cara penulisan yang baik akan segera diperoleh saat kita sudah ‘selesai’ berhubungan dengan semua itu. Latihan, latihan, dan latihan akan membuat kita cakap.

Sumber: https://impact-plus.id/service/panduan-menulis-bagi-organisasi-non-profit/