Arif R. Iryawan, Riset Spesialis Yayasan Penabulu, membuka pelatihan kedua dengan menginformasikan bahwa setelah pelatihan ini akan ada pendampingan teknis intensif bagi 10 mitra Impact+ yang terpilih. Keaktifan peserta dari awal sampai pelatihan akan menjadi satu dari penilaian pemilihan. Hal yang menjadi pertimbangan dasar pemilihan adalah asesmen awal, pemantauan keikutsertaan sesi-sesi impact+, hasil rekomendasi dalam “raport” per CSO yang pernah dikirimkan, dan keterwakilan CSO dari tingkatan berkembang, menengah dan mapan.

Tak menunggu lama, Arif mempersilakan Hadi Prayitno, narasumber mengambil alih kegiatan. Hadi mengajak peserta menginput data transaksi organisasi sekaligus pendonor di perangkat Smart Excel. Input data transaksi pendonor bertujuan sebagai komparasi laporan dari pendonor yang menggunakan templat tersendiri.

Peserta diberikan waktu 30 menit memasukan data transaksi 1 dari 5 pendonor secara berkelompok, yang dipisahkan breakout room Zoom Meeting―cara ini digunakan agar peserta lebih konsentrasi dan menyerap materi lebih efisien―soal pelatihan pun menggunakan studi kasus. Usai input data, peserta dipersilakan mempresentasikan kepada semua hadirin.

Menariknya, di tengah presentasi, satu dari peserta membandingkan templat dari pendonor yang terdapat perhitungan naik-turunnya kurs mata uang asing. Menunjukkan organisasi sudah banyak mendapatkan pendanaan mata uang Euro. Peserta itu mengatakan Smart Excel lebih detil dibanding templat yang pernah organisasinya pakai dan tidak ada bagan perhitungan kurs. Hadi Praytino menanggapi, “Smart Excel memang dibuat untuk mengakomodasi organisasi menyusun laporan keuangan semua projek yang bekerja sama dengan pihak luar. Setiap pendonor pasti punya templat tersendiri, rata-rata lebih sederhana karena hanya mengikuti permintaan mereka. Sedangkan Smart Excel dapat merangkum semua projek sehingga banyak penambahan, terutama pengkodean.”

“Smart Excel memang masih berbentuk Rupiah, namun bisa dimodifikasi, kami sudah ada pelaporan dalam valuta asing. Kita akan belajar hal ini di kegiatan selanjutnya sesuai kebutuhan “ sambung Hadi.

Perihal dana dalam kurs asing, Arif jadi bertanya, bagaimana jika ada situasi, pemasukan dana dengan nilai kurs tertentu dicatat, kemudian pada saat kegiatan, kurs tersebut mengalami kenaikan, kita mengacu kurs yang mana?

Hadi menjelaskan bahwa penyajian keuangan valuta asing harus menggunakan kurs asing BI, tapi pada saat pelaksanaan menggunakan transaksi yang terjadi sehingga tiap akhir periode, terdapat laporan selisih rugi/laba mata uang dan pelaporan ini bisa diformat di Smart Excel. Namun tiap donor juga berbeda peraturan, ada yang menggunakan kurs harian, ada yang lain, tapi untuk organisasi di Indonesia, tetap menggunakan kurs yang telah ditentukan Bank Indonesia. Ingin tahu lebih jauh lagi, tonton saja pelatihan ini disini

Sumber: https://impact-plus.id/service/pelatihan-3-sesi-2-pengantar-pajak-untuk-organisasi-nirlaba/